• header
  • yuhu
  • Gbaruu
  • selamat datang

Selamat Datang di Website SMK Futuhiyyah Mranggen Demak | Terima Kasih Kunjungannya.

Pencarian

Kontak Kami


SMK Futuhiyyah

NPSN : 20319294

Jl. Suburan Barat Mranggen Kab.Demak 59567 Telp. 024 6773285 Fax. 024 6773287


info@smkfutuhiyyah.sch.id

TLP : 024 6773285


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana Tampilan Website SMK Futuhiyyah ?
Bagus Sekali
Cukup Bagus
Biasa
  Lihat

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)




PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

UPAYA MENINGKATKAN  HASIL BELAJAR KIMIAPADA MATERI HIDROKARBON MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) PADA SISWA KELAS X TKRO 1 SMK FUTUHIYYAH MRANGGEN  

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

 

 

 

Oleh :

 

ABDUL AZIS, S.Pd

 

Guru Mata Pelajaran Kimia

SMK Futuhiyyah Mranggen

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FUTUHIYYAH MRANGGEN DEMAK

Jl. Suburan Barat Mranggen Demak

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin melalui pengembangan bakat, minat dan rekayasa kondisi lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh kembangnya seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik, baik di rumah atau di sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, salah satunya adalah proses pembelajaran.

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing peserta didik sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan struktur pengetahuan bidang yang dipelajari.

Banyak pihak mensinnyalir bahwa rendahnya mutu pendidikan saat ini berkaitan erat dengan rendahnya motivasi peserta didik dalam belajar. Bertambah baiknya keadaan ekonomi dan keadaan masyarakat selama 20 tahun terakhir ini semestinya dapat meningkatkan kecerdasan anak-anak yang lahir pada masa sekarang. Hanya saja, kondisi kehidupan yang lebih baik dengan berbagai sarana dan fasilitas cenderung menjadikan anak Indonesia kurang termotivasi untuk belajar, yang akhirnya membawa dampak negatif pada prestasi belajarnya.

Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang demikian perlu dilakukan upaya yang antara lain berupa pengembangan pembelajaran. Dalam pengembangan pembelajaran yang perlu dilakukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Untuk itu perlu diupayakan satu model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, serta memberikan iklim kondusif dalam pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Sekolah merupakan bagian integral dari pelajaran IPA yang mendasari perkembangan teknologi dewasa ini. Perkembangan sains dan teknologi tentu tidak dapat terlaksana tanpa dilandasi oleh ilmu – ilmu dasar seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi. Oleh karena itu seiring dengan semakin berkembangnya teknologi maka idealnya kualitas pembelajaran kimia dikelas semakin baik sehingga guru mampu membawa peserta didik kepada keberhasilan belajar, dengan kata lain kualitas pembelajaran kimia di kelas dan hasil belajar peserta didik berbanding lurus dengan kemajuan teknologi.

Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standart Nasional Pendidikan, setiap sekolah/ madrasah mengembangkan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan berdasarkan standart Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standart Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Implementasi dari PP No. 19 membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk teknik dan prosedur penilaian yang dilaksanakan di kelas.

Pengamatan selama ini, khususnya di SMK Futuhiyyah Mranggen dirasakan bahwa sebagian peserta didik lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan maupun keterampilan yang dibutuhkan. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan peserta didik lebih bersifat pasif. Aktivitas peserta didik yang dominan adalah mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Mereka kurang aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Mereka juga kurang termotivasi untuk memecahkan masalah secara bersama. Akibat dari keadaan ini menyebabkan kinerja dan prestasi belajar kimia rendah.

Mata pelajaran Kimia adalah salah satu mata pelajaran sains yang diajarkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan tidak sedikit siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari Kimia. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari tahun ke tahun. Berdasarkan pengalaman guru dalam mengajar, ternyata dari hasil ulangan Kimia cenderung siswa memperoleh hasil atau nilai yang masih rendah. Sebagai guru di kelas X TKRO 1 selalu merasa kurang puas dengan hasil belajar siswa tersebut, dari setiap hasil setiap ulangan sebagian besar siswa cenderung belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sebesar 70 (Tujuh puluh). Baru setelah diadakan ulangan perbaikan, ketuntasan klasikal tercapai, dan itupun mesti dilakukan berulang kali, bahkan pada beberapa materi yang dianggap lebih sulit ulangan perbaikan (remedial) perlu diulang lagi. Padahal untuk melakukan ulangan perbaikan perlu tambahan waktu, yang terkadang harus dilakukan siang hari, setelah pulang sekolah.

Sesuai dengan alokasi kurikulum dan pembagian jadwal jam pembelajaran yang diberlakukan sekarang, sangat tidak memungkinkan untuk memberikan ulangan perbaikan berkali-kali pada  jam-jam pembelajaran efektif di pagi hari, karena hal ini akan menghambat materi-materi pelajaran berikutnya, sehingga penulis merasa perlu mencari solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan di atas.

Fakta hasil ulangan pada kompetensi dasar (KD) sebelumnya yaitu yang dilakukan pada bulan Februari  2021 diperoleh hasil bahwa hanya 9 siswa atau 36% dari 25 siswa di kelas X TKRO  1 yang mencapai KKM atau mendapat  nilai di atas 70, sedangkan sisanya 16 siswa atau 6% masih belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Hal ini diduga oleh beberapa faktor antara lain kurangnya motivasi belajar dan semangat untuk memahami suatu konsep Kimia. Dari hasil wawancara di kelas, sebagian besar siswa merasa malas belajar dan belum maksimal dalam belajar Kimia, karena menganggap Kimia identik dengan hitungan.

Senyawa hidrokarbon merupakan materi kimia di kelas X semester 2 yang sangat luas dan berhubungan dengan kehidupan serta mempunyai keunikan sendiri dibandingkan unsur–unsur yang lain sehingga perlu dipelajari tersendiri. Para Ahli pada awalnya menganggap karbon berasal dari sumber zat – zat yang asal usulnya dari makhluk hidup. Berdasarkan kesimpulan itu, senyawa karbon yang berasal dari makhluk hidup disebut organik, sedangkan senyawa karbon yang tidak berasal dari makhluk hidup disebut senyawa anorganik. Setelah Friederck Wohler tahun 1828 berhasil mensintesa urea dengan memanaskan ammonium sianat, sejak itu banyak dilakukan percobaan untuk membuat senyawa organik. Dengan demikian, nama senyawa organik lebih tepat disebut senyawa karbon. Untuk mempelajari senyawa hidrokarbon lebih banyak mendengarkan dan menghafal informasi sehingga peserta didik kurang aktif, kurang termotivasi untuk memecahkan masalah bersama.

Agar siswa tidak merasa sulit belajar Kimia, supaya pemahaman konsep lebih mudah dan siswa tidak jenuh karena harus menghafal maka digunakan metode Student Achievement Devision (STAD). Dengan metode STAD diharapkan siswa kelas X TKRO 1 mampu melakukan penalaran dan mau berfikir untuk memudahkan pemahaman standar kompetensi menerapkan konsep dan prinsip dalam pembelajaran Kimia. Student Achievement Devision (STAD) merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5 anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

Model STAD ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain, didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak.

Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruktusional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan, kebersamaan positif, pemprosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, pemrosesan kelompok, dan kesadaran akan perbedaan, serta lebih meningkatkan kerja sama antar siswa.

Penelitian ini mencoba untuk mengungkap sejauhmana dengan metode Student Achievement Devision (STAD) pada pembelajaran Kimia di SMK Futuhiyyah Mranggen mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kimia khususnya pada materi pembelajaran Hidrokarbon.

 

  1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

  1. Apakah metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Kimia pada materi pembelajaran Hidrokarbon?
  2. Bagaimanakah kerja sama antar siswa dalam pembelajaran Kimia dengan metode STAD pada materi pembelajaran Hidrokarbon?
  3. Cara Pemecahan Masalah

 Masalah rendahnya hasil belajar Kimia di kelas X TKRO 1 di SMK Futuhiyyah Mranggen akan dipecahkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Student Teams Achievement Devision (STAD), yaitu diawali dengan pembelajaran klasikal, melalui pembelajaran STAD dibentuk kelompok belajar yang diharapkan mampu menciptakan pembelajaran menjadi inspiratif, inovatif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi sehingga kesulitan belajar siswa dapat teratasi. Kemudian aktivitas siswa dibangkitkan melalui kegiatan interaksi diskusi belajar kelompok.

Lingkup batasan masalah penelitian ini, adalah meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mata pelajaran Kimia Kelas X TKRO 1 pada materi pokok tentang ”Hidrokarbon”, khususnya dalam pembelajaran STAD  melalui kegiatan interaksi diskusi belajar kelompok diharapkan kerja sama antar siswa dapat meningkatkan minat belajar dan kemampuan siswa dalam meningkatkan kualitas proses belajarnya, sehingga akan dicapai hasil belajar siswa yang optimal pada mata pelajaran Kimia di kelas X TKRO 1 SMK Futuhiyyah Mranggen.

  1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Meningkatkan hasil belajar Kimia dengan Metode STAD.
  2. Meningkatkan kerja sama antar siswa dalam pembelajaran Kimia dengan Metode STAD.
  3. Manfaat Penelitian

Dalam proses pembelajaran melibatkan siswa dan guru, sehingga siswa dan guru memegang peranan penting. Tanpa adanya perbaikan dari kedua belah pihak tidak mungkin hasil pembelajaran meningkat, begitu juga dengan peran serta sekolah.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat memberikan perbaikan bagi pembelajaran Kimia di kelas X TKRO 1 SMK Futuhiyyah Mranggen.. Manfaat penelitian ini antara lain :

  1. Bagi siswa :
  2. Adanya variasi mengajar guru menyebabkan suasana belajar menjadi lebih aktif dan menyenangkan.
  3. Mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam pemahaman materi dengan tutor sebaya siswa yang paham terlebih dulu menjelaskan siswa lain yang belum paham, siswa yang paham dulu bertanggung jawab membuat semua anggota kelompoknya menjadi paham semua.
  4. Mendapatkan pengalaman belajar berkelompok yaitu dengan menyelesaikan tugas secara berkelompok.
  5. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab.
  6. Bagi Guru :
  7. Memberikan alternatif variasi model pembelajaran Kimia.
  8. Memberikan sebuah model pembelajaran yang bisa melibatkan siswa secara optimal, sehingga tercipta keadaan yang sesungguhnya siswa adalah subjek belajar.
  9. Mendapatkan pengalaman mengajar dengan siswa berkelompok, yaitu dengan membuat setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap anggota lainnya untuk memahami materi dengan tutor sebaya siswa yang sudah paham menjelaskan siswa lain yang belum paham.
  10. Membantu guru dalam menemukan sebuah model untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
  11. Bagi Sekolah

Mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, pencapaian prestasi belajar meningkat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

  1. Landasan Teori
  2. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi kependidikan untuk mencapai tujuan tertentu. Muhibbin Syah (1995 : 239) menyatakan pembelajaran adalah kegiatan yang integral ( utuh terpadu) antara siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai pengajar. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi hubungan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa atau terjadi komunikasi dua arah dan multi arah yang akan menimbulkan perubahan perilaku siswa yang berdimensi akal, afektif dan pskomotorik

Pembelajaran kimia menempatkan peserta didik atau dipandang sebagai subyek bukan sebagai objek. Sebagai subyek mereka adalah pribadi dinamis yang sedang berjuang mengembangkan diri menjadi lebih sempurna dalam seluruh aspek kemanusiaannya antara lain pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, sikap dan perasaannya. Jadi pembelajaran harus ditafsirkan sebagai penciptaan situasi, kemudahan, pemberian bimbingan agar mereka membentuk dan mengembangkan dirinya secara optimal melalui serangkaian proses yang mereka alami (Kartika Budi ,1998: 181)

Menurut Sukarjo (dalam Depdikbud, 1987:2) pembelajaran ilmu kimia lebih menekankan pada penguasaan konsep – konsep kimia dari pada penguasaan fakta- fakta yang banyak. Tujuan pendidikan kimia tercermin dalam prestasi belajar kimia yaitu tinggi rendahnya hasil belajar. Menurut Hadari Nawami (dalam Sri Supriyati,1994:23) prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Faktor dominan yang mempengaruhi proses belajar antara lain bekal ajar siswa, saran dan prasaran.

  1.  Hakekat Belajar

        Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing) (Hamalik, 2005:27). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya menginga, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.  

Sedangkan menurut Usman (2006:5) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap maupun ketrampilan.

       Menurut Gagne (Djamarah:2002:56), memberikan suatu definisi dalam masalah belajar, yaitu:

  • Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan, serta tingkah laku.
  • Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

       Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku seseorang yang berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman terhadap suatu objek dalam lingkungannya.

  1. Proses Belajar

Proses belajar hanya dapat diamati jika ada perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut biasa dalam hal pengetahuan, afektif maupun psikomotoriknya (Baharudin:2007:86). Menurut Gagne dalam Winkel (2007:23) proses belajar terutama belajar di sekolah melalui tahap-tahap atau fase-fase: motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi dan umpan balik.

Menurut McDonald dalam Hamalik (2005:158) dijelaskan motivasi sebagai berikut:“Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions”. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi dan reaksi untuk mencapai tujuan. Kutipan di atas mengandung tiga unsur yang saling berkaitan,  yakni: (1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam pribadi seseorang, (2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan, dan (3) motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Motivasi dapat disimpulkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat.

Dalam tugasnya sehari-hari, seringkali guru harus berhadapan dengan siswa-siswa yang prestasi akademiknya tidak sesuai dengan harapan guru. Bila hal ini terjadi dan ternyata kemampuan kognitif siswa cukup baik, guru cenderung untuk mengatakan siswa tidak bermotivasi. Oleh karena itu, tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri siswa dan dapat pula akibat pengaruh dari luar dirinya.

Menurut Winkel (2007:173)  berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibagi dua, yakni: (1) motivasi instrinsik, apabila sumbernya datang dari dalam diri orang yang bersangkutan, dan (2) motivasi ekstrinsik, apabila sumbernya datang dari lingkungan luar diri orang yang bersangkutan. Untuk proses belajar-mengajar, motivasi instrinsik lebih menguntungkan karena biasanya dapat bertahan lebih lama, sedangkan motivasi ekstrinsik akan lebih mudah luntur bila tujuan sudah tercapai. Motivasi ekstrinsik dapat pula diberikan oleh guru dengan jalan mengatur kondisi dan situasi belajar menjadi kondusif.  Sedangkan Soekamto dan Winataputra (2000:39)  mengatakan bahwa dengan memberikan penguatan-penguatan maka motivasi yang mula-mula bersifat ekstrinsik lambat laun diharapkan berubah menjadi motivasi instrinsik.

      Menurut Usman (2006:29) mengemukakan beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam rangka menumbuhkan motivasi instrinsik, yaitu: (1) kompetisi (persaingan), guru berusaha membuat persaingan diantara siswanya, (2) Pace making, membuat tujuan instruksional khusus yang akan dicapai siswa, (3) kesempatan untuk sukses, yang dapat menimbulkan rasa puas, senang, dan percaya terhadap diri sendiri, dan (4) mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya siswa mau belajar untuk memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.

      Dalam proses pembelajaran di kelas, seorang guru perlu juga membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari. Untuk membangkitkan minat yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebankan siswa mengeksplor apa yang akan dipelajari, melibatkan seluruh aspek belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotor), sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar (Baharudin:2007:91).

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa minat dan motivasi belajarlah yang mampu mendukung proses belajar mengajar.

  1.  Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana, Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku pada peserta didik. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar merupakan suatu parameter yang dapat digunakan dalam menentukan berhasil atau tidaknya tujuan suatu pendidikan yang telah dilaksanakan dalam satuan pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:

  • Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  • Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Pada ranah afektif terdapat beberapa jenis kategori, yaitu: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  • Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik ini merupakan ranah yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranak psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai bahan pengajaran.

Jadi, hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Tingkah laku sebagai pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengertian, pemahaman, keterampilan, kecakapan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini adalah ranah kognitif. Hasil belajar kognitif diperoleh dari tes evaluasi tiap akhir siklus.

Ranah kognitif (Bloom, dkk) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:

  • Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.
  • Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
  • Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
  • Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
  • Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Dalam menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif menurut   Usman (2006:21) disebutkan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu: (1) melibatkan siswa secara aktif, (2) menarik minat dan perhatian siswa, (3) membangkitkan motivasi siswa, (4) prinsip individualitas dan (5) peragaan dalam pengajaran. Di samping itu menurut Ngalim Purwanto (2007:107) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam (internal), yaitu faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri seperti fisiologi (fisik dan panca indera) dan psikologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif).  Sedang faktor luar (eksternal) merupakan faktor-faktor yang datang dari luar siswa seperti lingkungan (guru, kurikulum, metode, media dll) dan instrumen.

 Sedangkan Riyadi (2004:38) menjelaskan bahwa faktor eksternal dapat dikelompokkan menjadi: (a) yang datang dari sekolah seperti: cara penyajian guru, tenaga kependidikan, media pendidikan, kurikulum, pelaksanaan disiplin, keadaan gedung. (b) yang berasal dari masyarakat seperti media massa, teman bergaul, cara hidup, lingkungan, (c) yang berasal dari keluarga meliputi cara mendidik orang tua, suasana rumah, pengertian orang tua, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya.

Menurut Arikunto (2003:21) dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, berasal dari dalam dirinya sendiri dan dari  luar dirinya.  Guru dipandang dari siswa merupakan faktor diluar diri sendiri. Oleh karena itu guru mempunyai peran yang sangat penting dan menentukan keberhasilan belajar siswa.  Di samping faktor-faktor lainnya, guru merupakan faktor eksternal yang sangat penting, yang mempunyai kemampuan untuk mengubah faktor-faktor lainnya (Arikunto, 2003:217). Untuk maksud tersebut dapat digambarkan hubungan guru dengan unsur-unsur lainnya yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sebagai berikut.

 

 

 

 

      Gambar 1.  Hubungan guru, unsur-unsur dan hasil belajar siswa

                (Sumber : Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, 2003 hal. 218)

 

Melihat peranan guru yang sangat penting seperti itu, maka guru memiliki kemampuan untuk membangkitkan motivasi siswa dalam rangka meningkatkan prstasi belajar siswanya semaksimal mungkin.

        Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kompetensi yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

  1.  Metode STAD (Student Teams Achievement Division)

Student Teams Achievement Division atau yang disebut Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dkk dari Universitas John Hopkins (1995). Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Dalam model STAD kelompok terdiri atas empat siswa yang mewakili keseimbangan kelas dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras. Slavin dalam Supriyono (2003:54) menyarankan peringkat para siswa dalam kemampuan akademik dibuat terlebih dahulu. Masing-masing kelompok terdiri dari seorang siswa dari kelompok atas, seorang siswa dari kelompok bawah dan dua orang siswa dengan kemampuan rata-rata. Aturan kelompoknya sebagai berikut:

  1. Para siswa memiliki tanggung jawab bahwa semua anggota kelompoknya telah belajar materi dengan sungguh-sungguh.
  2. Tak seorangpun selesai belajar sampai semua anggota kelompoknya telah tuntas mempelajari materi.
  3. Bertanyalah kepada temanmu dalam kelompok sebelum bertanya kepada guru.
  4. Anggota kelompok boleh mendiskusikan materi dengan teman satu kelompok dengan suara yang tidak keras.

          Aturan kelompok di atas dimaksudkan untuk membangun kebersamaan dan saling ketergantungan poitif diantara mereka.

   Ada empat tahap dalam model STAD yaitu;

  1. Pengajaran, pada tahap ini guru menyajikan secara langsung tentang materi (konsep, ketrampilan, dan kerja ilmiah) pelajaran. Tujuan pembelajaran khusus yang direncanakan dan tertulis harus dinyatakan dan digunakan sebagi rujukan untuk menentukan hakekat presentasi kelas dan studi kelompok pada tahap berikutnya.
  2. Studi kelompok, merupakan tahapan paling penting dan ciri khas dalam model STAD. Dalam studi kelompok memerlukan waktu satu atau dua jam pelajaran tergantung banyak materi yang dipelajari, dimana selama itu masing-masing kelompok menuntaskan materi yang telah diberikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam studi kelompok, antara lain:  

1). Anggota kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan lembar kerja yang telah disiapkan dan guru perlu memeriksa bahwa setiap anggota kelompok dapat menjawab semua pertanyaan dalam lembar kerja.

2). Para siswa dapat mengatur kursinya sehingga dapat saling berhadapan dalam kelompoknya.     

3). Masing-masing kelompok diberikan dua lembar kerja. Selama sesi kelompok inilah para siswa akan saling belajar dan mengajari temannya.

4). Tiap siswa diminta menjelaskan jawabannya kepada teman sekelompoknya.

5). Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain sambil mengajukan pertanyaan dan mendorong para siswa untuk menjelaskan jawabannya.  

  1.  Ulangan atau tes, guru menyelenggarakan ulangan atau tes untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh siswa. Siswa mengerjakan tes secara individual dan tidak diperkenankan untuk saling membantu.
  2.  Penghargaan, tahap ini merupakan tahap yang mampu mendorong para siswa untuk lebih kompak.  Penghargaan kerja masing-masing kelompok dengan memberikan peringkat masing-masing kelompok dalam kelas. Kinerja individu yang luar biasa juga dilaporkan.

      Menurut Sukidin (2002:15) penghargaan kelompok diberikan setelah dilaksanakan ulangan atau tes, ditentukan dengan nilai peningkatan individu. Hal tersebut akan membuat hubungan antara hasil pelaksanaan pekerjaan yang baik dengan penerimaan penghargaan dari para siswa  sehingga akan meningkatkan kerjasama mereka untuk melakukan yang terbaik. Sedangkan untuk menghitung nilai peningkatan individu dihitung berdasarkan nilai yang diperoleh siswa sebelum tindakan (Pre-Test) atau disebut nilai dasar.

       Nilai kelompok diperoleh dengan mencatat nilai peningkatan dari masing-masing anggota kelompok pada lembar ringkasan kelompok dan membagi nilai peningkatan kelompok total dengan jumlah anggota kelompok yang hadir.  Empat tingkat penghargaan diberikan berdasar nilai rata-rata kelompok, yaitu:  kurang baik, cukup baik, baik, dan terbaik.

  1.  Kerangka Berfikir

  Perubahan suasana belajar mengajar akan menimbulkan variasi bagi siswa, hal ini secara tidak langsung akan menumbuhkan semangat baru dari siswa untuk belajar.

  Kerangka berpikir untuk penyelesaian masalah penelitian dapat dilihat pada diagram berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Diagram Kerangka berpikir

  1.  Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

  1. Dengan tutor sebaya pada metode STAD dapat meningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Kimia pada materi pembelajaran Hidrokarbon.
  2. Dengan metode STAD dapat meningkatkan kerja sama antar siswa dalam pembelajaran Kimia pada materi pembelajaran hidrokarbon pada kelas X TKRO 1 SMK Futuhiyyah Mranggen.Tahun Pelajaran 2021/2022.

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

  1. Setting Penelitian

  Jadwal kegiatan penelitian ini dimulai bulan Februari sampai dengan bulan April tahun 2021 selama kurang lebih 3 bulan, karena pada bulan-bulan tersebut adalah sesuai dengan program semester (Promes) tahun pelajaran 2021/2022 semester genap yang bertepatan dengan penyampaian materi mata pelajaran Kimia dengan materi pokok bahasan: “ Hidrokarbon ”, di Kelas X TKRO 1 SMK Futuhiyyah Mranggen.

 

  1. Subyek  Penelitian

 Sampel atau subyek penelitian diambil dari kelas X TKRO 1 karena hasil belajar dan kerjasama antar siswa pada pembelajaran kompetensi sebelumnya masih rendah dibanding kelas yang lain. Jumlah siswa Kelas X TKRO1 ada 32 siswa akan tetapi awal semester siswa pindah sebanyak 7 siswa, sehingga hanya  terdiri dari 25 siswa laki-laki.

 

  1. Sumber Data

  Karena subjek penelitian adalah siswa kelas X TKRO I,  maka sumber data di dapat dari siswa kelas X TKRO I dengan segala macam bentuk kegiatan yang dilaksanakan di kelas. Selain itu dari guru atau teman kolaborator dalam penelitian.

 

 

 

  1. Teknik Dan Alat Pengumpul Data

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan adalah :

  1. Teknik tes

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan alat atau instrumen berupa butir soal yang hasilnya dinyatakan dengan kriteria: sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Rentang nilai dan kategori nilai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Kategori dan Rentang nilai Tes

No.

Rentang Nilai

Kategori

Keterangan

1.

2.

3.

4.

90 – 100

80 – 89

70 – 79

0 – 69

 Sangat Baik

 Baik

 Cukup Baik

 Kurang Baik

 

Sedangkan untuk menghitung nilai peningkatan individu dihitung berdasarkan nilai yang diperoleh siswa sebelum tindakan atau disebut nilai dasar. Kriteria nilai peningkatan individu dapat dilihat pada tabel berikut:

 

 

 

 

Tabel 2. Nilai Peningkatan Individu

No.

Nilai Hasil Tes

Nilai Peningkatan Individu

1.

2.

3.

4.

Melebihi 10 di bawah nilai dasar

10 sampai 1 nilai di bawah nilai dasar

Nilai dasar sampai nilai 10 diatasnya

Lebih dari 10 nilai di atas nilai dasar

1

2

3

4

       Sedangkan nilai peningkatan kelompok diperoleh dari jumlah nilai peningkatan individu dari masing-masing anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok yang hadir. Empat tingkat penghargaan diberikan berdasar nilai rata-rata kelompok sebagai berikut:

Tabel 3. Kategori Nilai Penghargaan Kelompok

No.

Nilai Peningkatan Individu

Penghargaan Kelompok

Keterangan

1.

2.

3.

4.

< 2,5

2,5 – 2,9

3,0 – 3,5

> 3,5

  Kurang Baik

  Cukup baik

  Baik

  Terbaik

 

  1. Observasi, dilengkapi dengan lembar observasi digunakan untuk mengamati kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
  2. Wawancara, dengan instrumen pedoman wawancara yang berisi beberapa pertanyaan tentang respon siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode STAD.
  3. Angket, untuk mengetahui pendapat siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan metode STAD.
  4. Jurnal Harian, untuk mengetahui catatan-catatan kejadian khusus selama pelaksanaan tindakan. Hasil catatan tersebut digunakan sebagai bahan refleksi untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan temuan-temuan lain selama pelaksanaan tindakan.
  5. Validasi Data

    Hasil belajar pada setiap siklus divalidasi dengan instrumen yang berupa : Soal tes, Lembar Jawab, Kunci Jawaban, Soal Tes, Hasil atau Nilai Tes, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada setiap siklus.

  Proses penggunaan metode STAD divalidasi dengan lembar observasi kerjasama antar siswa yang memuat kerjasama kelompok, bertanya teman, bertanya guru, presentasi, serta menjawab kuis/pertanyaan.

  1. Analisis Data

  Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu : untuk analisis hasil belajar dengan membandingkan nilai tes, meliputi nilai tes sebelum tindakan, Siklus 1 dan Siklus 2 dengan indikator kerja. Analisis penggunaan metode STAD dengan memaparkan hasil observasi dari lembar observasi dan hasil wawancara dengan siswa.

  Dari angket dengan dihitung jumlah siswa yang menyatakan sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak setuju, sangat tidak setuju bahwa digunakannya metode STAD menarik, mudah, lebih baik, dan penggunaan dilanjutkan. Semua hal di atas untuk mengetahui kerjasama antar siswa setelah mengikuti pembelajaran.

  1. Prosedur Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus (Siklus 1 dan Siklus 2). Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri atas Perencanaan, Tindakan, Observasi, dan Refleksi.

  1. Pelaksanaan Siklus I
    1. Perencanaan

Pada tahap ini kegiatan guru antara lain: Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk kompetensi dasar (KD): 3.10 Menganalisis struktur, sifat senyawa hidrokarbon serta dampak pembakaran senyawa hidrokarbonterhadap lingkungan dan kesehatan serta cara mengatasinya, dengan Pokok Bahasan: Hidrokarbon  (Pengenalan Senyawa Karbon, Penggolongan Hidrokarbon, Isomer , dan Sifat Hidrokarbon),  menyusun lembar tugas siswa, menyusun soal, membagi kelompok dan membuat aturan kelompok, menyiapkan alat, menyiapkan lembar observasi, dan menyiapkan lembar wawancara.

  1. Pelaksanaan Tindakan
  • Kegiatan Awal
  1. Pada kegiatan ini guru :

Mengecek kehadiran siswa, membagi kelompok dengan jumlah anggota 4 orang untuk masing-masing kelompok, membagi dua lembar tugas untuk tiap kelompok, menanyakan prasyarat pengetahuan sesuai dengan kompetensi dasar (KD) dalam kehidupan sehari-hari, memberikan motivasi, menjelaskan konsep pembelajaran, dan menjelaskan tujuan pembelajaran.

 

  1. Pada kegiatan ini siswa :

Membentuk kelompok dan diusahakan dapat duduk berhadapan satu sama lain, dan menjawab pertanyaan guru.

  • Kegiatan Inti
  1. Pada kegiatan ini guru :

Memberikan tugas pada siswa untuk berdiskusi kelompok, memberikan bimbingan kelompok sambil memberikan pertanyaan.

  1. Pada kegiatan ini siswa :

Menyelesaikan tugas kelompok dengan diskusi kelompok,  setiap anggota kelompok diusahakan memahami kompetensi yang sedang dipelajari, siswa yang lebih paham dalam kelompoknya menjelaskan kepada siswa lain (tutor sebaya) sehingga semua anggota kelompok memahami kompetensi yang dipelajari bersama, dan menjawab pertanyaan guru.

  • Kegiatan Akhir
  1. Pada kegiatan ini guru:

Sebagai fasilitator dalam diskusi kelas, menuliskan rangkuman diskusi di papan tulis, memberikan tes akhir, dan memberikan tugas rumah.

  1. Pada kegiatan ini siswa :

Mempresentasikan hasil diskusi kelompol ke depan kelas, menulis rangkuman hasil diskusi, dan mengerjakan tes.

  1. Observasi

  Observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan, observasi dilakukan terhadap kerjasama antar siswa. Disamping itu dilakukan juga penilaian terhadap hasil belajar yang meliputi nilai individu dan nilai kelompok. Lembar observasi guru oleh kolaborator untuk mengamati pelaksanaan tindakan dengan metode STAD.

  1. Refleksi

  Diperoleh nilai hasil tes kemudian dianalisa, yaitu dengan membandingkan nilai tes dengan hasil tes pada kompetensi sebelumnya. Refleksi yaitu dengan memperhatikan kejadian-kejadian selama proses pembelajaran dari lembar observasi dengan hasil tes yang dicapai siswa. Serta dari lembar wawancara dan jurnal harian. Yaitu dengan memperhatikan kelemahan dan kekurangan serta hambatan-hambatan dalam memecahkan masalah pada siklus 1, sehingga menjadi bahan pertimbangan perbaikan pada perencanaan siklus 2.

  1. Pelaksanaan Siklus 2
  2. Perencanaan

Bersama kolaborator membahas kelemahan-kelemahan dan hambatan-hambatan yang dihadapi pada siklus 1 untuk diperbaiki pada siklus 2 yaitu dengan:

  • Membuat/memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
  • Menyiapkan lembar Observasi.
  • Menyiapkan pedoman wawancara.
  • Menyiapkan Soal tes.
  1. Pelaksanaan Tindakan
  • Kegiatan awal
  1. Pada kegiatan ini guru :

Membagi siswa dalam beberapa kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang, menuliskan judul dan tujuan pembelajaran, menanyakan prasyarat pengetahuan sesuai dengan kompetensi dasar, memberikan motivasi dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Pada kegiatan ini siswa :

Membentuk kelompok dan diusahakan dapat duduk berhadapan satu sama lain, dan menjawab pertanyaan guru.

  • Kegiatan inti
  1. Pada kegiatan ini guru :

Memberikan tugas diskusi kelompok dan memberikan bimbingan kelompok sambil memberikan pertanyaan.

  1. Pada kegiatan ini siswa :

Melakukan diskusi kelompok, siswa dilatih bertanggung-jawab agar semua anggota kelompoknya paham materi yang sedang dipelajari dan  diusahakan memahami kompetensi yang sedang dipelajari.

Siswa yang paham lebih dulu menjelaskan kepada siswa yang lain dalam kelompoknya (tutor sebaya), dan menjawab pertanyaan guru.

  • Kegiatan akhir
  1. Pada kegiatan ini guru :

Sebagai fasilitator dalam diskusi kelas, menuliskan rangkuman diskusi di papan tulis, memberikan tes akhir, dan memberikan tugas rumah.

  1. Pada kegiatan ini siswa :

Mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas, menulis rangkuman hasil diskusi, dan mengerjakan soal tes.

  1. Observasi

  Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, observasi dilakukan terhadap kerjasama antar siswa dalam kelompok. Disamping itu dilakukan juga penilaian terhadap hasil belajar yang meliputi nilai individu dan nilai kelompok. Lembar observasi guru oleh kolaborator untuk mengamati pelaksanaan tindakan dengan metode STAD.

  1. Refleksi

Dari hasil tes dianalisa dengan membandingkan nilai tes pada siklus 2 dengan nilai tes pada siklus 1. Refleksi yaitu dengan memperhatikan kejadian-kejadian selama proses pembelajaran dari lembar observasi dengan hasil tes yang dicapai siswa, sebagai upaya evaluasi yang dilakukan guru dan kolaborator dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah dirancang. Pada kegiatan refleksi ini juga ditelaah aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna.

  1.  Indikator Keberhasilan

Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada mata pelajaran Kimia di SMK Futuhiyyah Mranggen Tahun pelajaran 2021/2022, yaitu sebesar 70 (tujuh puluh). Maka pada penelitian ini indikator kinerja atau keberhasilan adalah meningkatnya jumlah siswa yang mencapai nilai 70 atau lebih bagi siswa kelas X TKRO I. Pada Siklus 1, indikator keberhasilannya diharapkan sebanyak 75% siswa telah mencapai ketuntasan belajar produk dan proses secara klasikal dengan skor/nilai di atas 70. Sedangkan pada Siklus 2, indikator keberhasilannya diharapkan dapat meningkat lagi dengan ditunjukkan tingkat keberhasilannya mencapai lebih dari 85 % siswa telah mencapai ketuntasan belajar produk dan proses secara klasikal dengan skor/nilai di atas 70.

Selain itu juga nampak ada peningkatan kerjasama antar siswa dalam belajar kelompok pada pembelajaran mata pelajaran Kimia.

  1.  Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 4. Waktu dan Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTK)

No.

Uraian Materi

Waktu Pelaksanaan – Tahun 2020

Februari

Maret

April

1.

Sistematika karya tulis

X

 

 

2.

Penyusunan proposal

X

X

 

3.

Pelaksanaan Siklus I:

a.  Perencanaan Tindakan

b. Pelaksanaan Tindakan  

c. Observasi

d. Analisis dan Refleksi

 

 

X

X

X

X

 

 

 

4.

Pelaksanaan Siklus II:

a. Perencanaan Tindakan

b. Pelaksanaan Tindakan  

c. Observasi

d. Analisis dan Refleksi

 

 

 

 

X

X

X

X

5.

Tabulasi analisis data

 

 

X

6.

Penyusunan draf Hasil Penelitian

 

 

X

7.

Pembuatan Laporan Karya Tulis Ilmiah – PTK.

 

 

X

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Diskripsi Kondisi Awal

  Hasil ulangan harian mata pelajaran Kimia pada tes bulan Januari pada kompetensi dasar sebelumnya diperoleh hasil yang masih rendah, yaitu hanya 36% atau 9 siswa dari 25 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan batas nilai 70. Hal ini disebabkan karena kerjasama siswa yang masih rendah, cara pembelajaran yang masih terfokus pada guru, dan rasa canggung untuk bertanya guru, serta belum terbiasa dengan belajar kelompok.

  Supaya siswa dapat belajar  Kimia dengan mudah dan hasil belajar siswa rata-rata di atas KKM, maka maka dengan menerapkan metode STAD (Student Teams Achievement Division) diharapkan semua hal di atas dapat teratasi, karena metode ini lebih menekankan pada kinerja kelompok.

  1. Diskripsi Siklus 1

  Untuk mengatasi kondisi di atas dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK), yang dimulai dengan Siklus 1 yang terdiri dari:

  1. Perencanaan

  Pada tahap ini guru merencanakan pembelajaran dengan menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan mempertimbangkan kondisi awal, menyusun lembar tugas siswa, menyusun soal, dan membagi kelompok berdasar kemampuan akademik maupun jenis kelamin di mana tiap kelompok terdiri dari empat atau lima siswa.

  1. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan Siklus 1 kegiatan guru dan siswa adalah:

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

 

Memberikan pertanyaan prasyarat tentang kompetensi dasar ”Hidrokarbon  (Pengenalan Senyawa Karbon, Penggolongan Hidrokarbon, Isomer, dan Sifat Hidrokarbon)”, 

 

Memberikan motivasi.

 

Keliling mengamati diskusi kelompok sambil memberikan pembingbingan dan pertanyaan atas jawaban siswa.

 

Sebagai fasilitator dalam diskusi kelas.

Memberikan soal ulangan/tes.

Dari hasil tes dibuatlah skor peningkatan individu untuk menghitung nilai kelompok yang menentukan penghargaan kelompok.

 

Melakukan kegiatan diskusi kelompok

Diskusi kelompok dengan kompe-tensi dasar ” Menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan kekhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya 

Pokok Bahasan: ”Hidrokarbon”

 

Diharapkan siswa mampu membe-dakan Hidrokarbon  (Pengenalan Senyawa Karbon, Penggolongan Hidrokarbon, Isomer, dan Sifat Hidrokarbon)”, 

Dengan bantuan teman satu kelompoknya (tutor sebaya).

Mempresentasikan jawaban kelompok ke depan kelas.

Mengerjakan soal ulangan atau tes.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 1 dilaksanakan pada  hari Kamis tanggal 26 Maret 2020 dan Selasa tanggal 31 Maret 2020 di ruang kelas X TKRO 1 dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru Kimia. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan proses belajar mengajar.

  1. Observasi dan evaluasi hasil pantauan
  2. Kompetensi Kognitif
  • Nilai Individu

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus 1

No.

Uraian

Hasil Siklus 1

Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

Nilai terendah

Nilai tertinggi  

Nilai rata-rata

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Prosentase ketuntasan belajar

65

80

73,48

19 siswa

76,0%

6 siswa belum tuntas belajar

 

Dari data nilai hasil tes Siklus 1 yang diikuti sejumlah 25 siswa. didapat distribusi nilai sebagai berikut:  nilai terendah (minimum)  60, nilai tertinggi (maksimum) 80, dan rata-rata nilai (mean)  sebe-sar 73,48. Distribusi nilai Siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut:

 

 

Tabel 6. Distribusi dan Kategori Nilai Siklus 1

No.

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Prosentase (%)

Kategori

Keterangan

1.

2.

3.

4.

90 – 100

80 – 89

70 – 79

0 – 69

0

4

15

6

0

16

60

 24

 Sangat Baik

 Baik

 Cukup Baik

 Kurang Baik

 

Jumlah

25

100%

---

---

 

Dari tabel 6 nilai hasil tes Siklus 1 diperoleh siswa dengan kategori kurang baik sebanyak 6 siswa atau sebanyak 24%. Sedang siswa dengan kategori cukup baik sebanyak 15 siswa atau 60% dan kategori baik sebanyak 4 siswa atau 16%, sedangkan  untuk kategori sangat baik tidak ada atau 0%.

Dengan demikian dari sudut ketuntasan belajar yang mendapat nilai di atas KKM atau nilai yang lebih dari 70 telah mengalami peningkatan yaitu dari 15 siswa (60%) sebelum tindakan, setelah Siklus 1 menjadi 19 siswa atau 76,0%.

  • Nilai Kelompok

  Dari hasil tes siklus 1 dapat ditentukan nilai peningkatan individu pada lembar nilai peningkatan individu untuk menentukan nilai kelompok guna memberikan penghargaan kelompok sebagai bagian dari pelaksanaan metode STAD. Penghargaan kelompok dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Penghargaan Kelompok Pada Siklus 1

No

Kategori

Kelompok

Jumlah Kelompok

Prosentase (%)

1

 Terbaik

0

0

0.0

2

 Baik

1, 2 , 5

3

60,0

3

 Cukup Baik

3, 4

2

40,0

4

 Kurang baik

0

0

0,0

Jumlah

5

100%

 

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok  1, 2, dan 5  mendapat penghargaan kelompok baik, dan kelompok 3, dan 4 mendapat penghargaan kelompok cukup baik. Tidak ada kelompok yang mendapat penghargaan kurang baik.

  1. Kerjasama

  Dengan lembar observasi kerjasama antar siswa diamati tentang kerja sama kelompok, bertanya teman, dan menjelaskan teman, serta menjawab pertanyaa/mengerjakan soal.

 Dari lembar observasi dapat diamati terjadi peningkatan kerjasama antar siswa dalam kerja kelompok maupun diskusi kelompok, beberapa siswa mulai bertanya pada teman dan siswa lain menjelaskan tanpa rasa canggung, siswa berani ke depan untuk menunjukkan hasil kerja dan diskusi kelompok.

 

  1. Hasil wawancara dengan siswa

  Dari hasil wawancara tertulis dengan pedoman wawancara yang diberikan pada 10 siswa, sembilan siswa merasakan suasana belajar menjadi lebih menyenangkan, hanya seorang yang menyatakan tidak. Semua siswa menyatakan setuju/baik terhadap model pembelajaran yang digunakan. Dan agar hasil belajar meningkat semua siswa menyatakan akan lebih giat belajar.

  1. Refleksi

Pada siklus 1 ini karena belum terbiasa, kerja kelompok masih belum optimal, untuk menjawab pertanyaan kurang bersemangat dan untuk sampai semua anggota kelompok memahami kompetensi memang perlu waktu yang agak lama. Sehingga untuk menunggu waktu bergantian sebentar, sedikit agak gaduh.

Secara garis besar kelemahan pada siklus 1 yaitu membutuhkan waktu yang agak lama melebihi yang direncanakan dan suasana kelas yang sedikit agak gaduh. Kelebihannya siswa mulai berlatih bekerja sama dalam satu team atau kelompok.

  1. Diskripsi Siklus 2

  Kesalahan tindakan yang terjadi pada Siklus 1 diperbaiki pada Siklus 2 yang juga terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, dengan merancang berdasarkan kesalahan, kelemahan, dan kekurangan yang sudah terjadi pada Siklus 1.

  1. Perencanaan

  Dengan menyusun RPP dengan kompetensi dasar “Menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan kekhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya ”, menyusun lembar tugas siswa, dan menyusun soal tes.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     

  1. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan Siklus 2 kegiatan guru dan siswa adalah:

Kegiatan guru

Kegiatan Siswa

Guru menanyakan prasyarat pengetahuan tentang  kompetensi dasar” Menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan kekhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya”, 

Memberikan motivasi, Menjelaskan kompetensi yang harus dicapai

Keliling sambil memberikan pembimbingan kelompok

Memberikan pertanyaan atas jawaban siswa

Menjawab pertanyaan siswa

Sebagai fasilitator dalam diskusi kelas

Memberikan latihan soal

Memberikan tes,

Dari hasil tes dihitung nilai peningkatan individu untuk menghitung nilai kelompok yang menentukan penghargaan kelompok.

Memberikan penghargaan individu dan kelompok pada akhir jam pelajaran (tidak menunggu hasil ulangan/tes).

Melakukan diskusi kelompok dengan kompetensi dasar “Mengklasifikasi senyawa hidrokarbon berdasarkan struktur, sifat senyawa, dan kekhasan atom karbon , dengan pokok bahasan:  “Hidrokarbon”

 

Dengan kerja kelompok siswa menyelesaikan persamaan-persamaan gerak lurus.

Diskusi dengan suara yang tidak terlalu keras sehingga tidak terde-ngar/mengganggu kelompok lain.

Diusahakan semua anggota memahami kompetensi yang sedang dipelajari.

Siswa yang lebih paham dulu menjelaskan kepada siswa lain (tutor sebaya).

Begitu siswa yang belum paham tidak canggung untuk bertanya kepada temannya.

Melakukan presentasi kelompok dari hasil diskusi tiap kelompok dengan menuliskan hasilnya di papan tulis.

Mengerjakan soal tes.

 

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 2 dilaksanakan pada  hari Senin tanggal 9 April 2020 dan hari Jum’at tanggal 13 April 2020 di ruang kelas X TKRO, dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru Kimia. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan proses belajar mengajar.

  1. Observasi dan evaluasi hasil pantauan
  2. Hasil belajar
  • Nilai Individu

 

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus 2

No.

Uraian

Hasil Siklus 2

Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

Nilai terendah

Nilai tertinggi  

Nilai rata-rata

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Prosentase ketuntasan belajar

68

90

77,0

22 siswa

88%

3 siswa belum tuntas belajar

 

 

Data nilai hasil tes Siklus 2 yang diikuti sejumlah 25 siswa, didapat distribusi nilai sebagai berikut:  nilai terendah (minimum) 68, nilai tertinggi (maksimum) 90, dan rata-rata nilai (mean)  sebesar 77,0. Distribusi nilai Siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Distribusi dan Kategori Nilai Siklus 2

No.

Interval Nilai

Jumlah Siswa

Prosentase (%)

Kategori

Keterangan

1.

2.

3.

4.

90 – 100

80 – 89

70 – 79

0 – 69

3

6

13

3

12,0

24,0

52,0

12,0

 Sangat Baik

 Baik

 Cukup Baik

 Kurang Baik

 

Jumlah

25

100%

---

---

 

Dari tabel 9 nilai hasil tes Siklus 2, diperoleh siswa dengan kategori kurang baik sebanyak 3 siswa atau sebanyak 12,0%. Sedang siswa dengan kategori cukup baik sebanyak 13 siswa atau 52,0%, kategori baik sebanyak 6 siswa atau 24,0%, dan kategori sangat baik sebanyak 3 siswa atau 12,0%.

Dengan demikian dari sudut ketuntasan belajar yang mendapat nilai diatas KKM atau lebih dari 70 telah mengalami peningkatan  menjadi 22 siswa atau 88,0%.

 

2)   Nilai Kelompok

  Dari hasil tes siklus 2 dapat ditentukan nilai peningkatan individu pada lembar nilai peningkatan individu untuk menentukan nilai kelompok guna memberikan penghargaan kelompok sebagai bagian dari pelaksanaan metode STAD.

Penghargaan kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Penghargaan Kelompok Pada Siklus 2

No.

Kategori

Kelompok

Jumlah Kelompok

Prosentase (%)

1

 Terbaik

1, 3

2

40,0

2

 Baik

2, 4, 5

3

60,0

3

 Cukup Baik

0

0

0,0

4

 Kurang baik

0

0

0,0

Jumlah

8

100%

 

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok 1, dan 3 mendapat penghargaan sebagai kelompok terbaik, sedang kelompok 2, 4, dan 5, mendapat penghargaan kelompok baik. Pada siklus 2 ini sudah tidak ada kelompok yang mendapat penghargaan kelompok yang kinerjanya cukup baik dan kurang baik.

  1. Kerjasama

Observasi guru oleh kolaborator guru fisika dengan mengisi lembar observasi. Dari hasil observasi kerjasama antar siswa tampak kerjasama siswa meningkat, siswa yang paham dulu menjelaskan siswa lain, begitu juga siswa yang belum paham tidak malu bertanya temannya, dua anak terlihat bicara dengan kelompok lain. Siswa lebih memahami arti kerja kelompok. Untuk maju ke depan menunjukkan hasil diskusi kelompok lebih semangat, apalagi untuk mengerjakan latihan soal tampak berebut.

  1. Hasil wawancara dengan siswa

Dari hasil wawancara dengan 10 siswa menggunakan pedoman wawancara pada Siklus 2 tiga anak merasa santai, dua anak kurang santai, dan lima anak merasa santai dalam mengikuti proses pembelajaran. Kebanyakan siswa cenderung senang dengan kegiatan kerja kelompok karena lebih paham dan tidak malu bertanya teman. Hanya satu anak yang tidak merasa tergugah, Sembilan anak merasa tergugah semangat belajarnya. Sembilan anak menyatakan model pembelajaran yang diterapkan lebih enak hanya satu anak yang merasa terlalu serius.

  1. Hasil Angket Siswa

Hasil angket respon siswa terhadap penggunaan metode STAD dapat dilihat pada tabel berikut :

 

 

 Tabel 11. Hasil Angket Penggunaan Metode STAD

No.

Pernyataan

Sangat Setuju (SS)

Setuju

 (S)

Tidak Tahu (TT)

Tidak Setuju(TS)

Sangat Tidak Setuju(STS)

Jumlah

1

Menarik

15

10

0

0

0

25

2

Mudah

10

8

5

2

0

25

3

Lebih Baik

7

8

7

3

0

25

4

Penggunaan dilanjutkan

12

8

3

2

0

25

Jumlah

44

34

15

7

0

100

Prosentase (%)

44%

34%

15%

7%

0%

100%

 

Dari analisis hasil angket pada tabel 8 di atas yang telah diisi oleh 25 siswa, menggambarkan bahwa sebanyak 44% siswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode STAD adalah sangat menarik, mudah, lebih baik, dan sangat setuju untuk dilanjutkan penggunaannya. Adapun sebanyak 34% siswa menyatakan setuju,  15% menyatakan tidak tahu, dan hanya 7% yang menyatakan tidak setuju, serta tidak ada seorangpun yang menyatakan sangat tidak setuju.

  1. Refleksi

Pada Siklus 2 siswa lebih semangat belajar, terlihat diskusi kelompok yang tampak serius, siswa tidak malu bertanya teman, dan semangat ke depan baik untuk mempresentasikan hasil kelompok maupun mengerjakan soal tampak tiap kelompok bersaing dengan kelompok yang lain untuk menyelesaikan hasil diskusi maupun menunjukkan hasilnya ke depan. Pembelajaran juga tepat waktu sesuai yang direncakan, siswa lebih memahami arti kerja kelompok, sehingga kelas terdengar tenang.

  1. Pembahasan Hasil Penelitian
  2. Hasil Belajar
  3. Nilai Individu

Dari hasil tes Siklus 1 dan Siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut:

   Tabel 12. Hasil Tes Sebelum Tindakan, Siklus 1, dan Siklus 2

No.

Kategori

Sebelum Tindakan

SIKLUS 1

SIKLUS 2

Jumlah Siswa

%

Jumlah Siswa

%

Jumlah Siswa

%

1

  Sangat baik

0

0,0

0

0

3

12,0

2

  Baik

0

0,0

4

16,0

6

24,0

3

  Cukup Baik

11

44,0

15

60,0

13

52,0

4

  Kurang baik

14

56,0

6

24,0

3

12,0

Jumlah

25

100%

25

100%

25

100%

 

Gambar 5. Histogram hasil tes Sebelum Tindakan, Siklus 1 dan Siklus 2

   

 Sebelum menerapkan metode STAD atau sebelum tindakan tidak ada siswa yang memperoleh kriteria sangat baik, demikian pula pada siklus 1. Pada siklus 2 hasil belajar individu dengan kriteria sangat baik sebanyak 12,0%. Selanjutnya tidak ada kriteria baik sebelum tindakan, pada siklus 1 hasil belajar individu dengan kriteria baik sebanyak 16,0% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 24,0%. Sedangkan kriteria cukup baik sebelum tindakan 44,0%, pada siklus 1 meningkat menjadi 60,0% dan pada siklus 2 turun menjadi  52,0%. Secara garis besar setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan hasil belajar individu baik pada siklus 1 maupun siklus 2.

  1. Nilai Kelompok

       Penggunaan metode STAD dalam pembelajaran untuk kerja kelompok pada siklus 2 terjadi perubahan seperti pada penekanan kerja kelompok pada siklus 2 untuk mengatasi kelemahan yang terjadi pada siklus 1, dan kinerja kelompok mengalami peningkatan terlihat pada penghargaan kelompok pada tabel berikut:

   Tabel 13. Penghargaan Kelompok Pada Siklus 1 dan Siklus 2

No.

Kategori

SIKLUS 1

SIKLUS 2

Jumlah Kelompok

%

Jumlah Kelompok

%

1

  Terbaik

0

0,0

2

40,0

2

  Baik

3

60,0

3

60,0

3

  Cukup Baik

2

40,0

0

0,0

4

  Kurang baik

0

0,0

0

0,0

Jumlah

5

100%

5

100%

 

 

   Gambar 6. Histogram penghargaan kelompok pada Siklus 1 dan Siklus 2

 

  Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada kelompok dengan kategori terbaik pada siklus 1, namun pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 40,0%, kategori baik pada siklus 1  dan siklus 2 sebanyak 60,0% , kategori cukup baik pada siklus 1 sebanyak 40,0% pada siklus 2 menjadi 0% atau tidak ada yang mendapat kriteria cukup baik. Demikian pula baik pada siklus 1 maupun siklus 2 tidak ada penghargaan kelompok untuk kategori kurang baik.

  1. Kerjasama

  Sebelum menerapkan metode STAD siswa belum terbiasa bekerjasama karena pembelajaran belum menggunakan kerja kelompok, setelah menerapkan metode STAD pada siklus 1 siswa mulai mengenal kerjasama, siswa mulai berani bertanya maupun menjelaskan teman biarpun belum optimal, yang mengakibatkan suasana kelas agak gaduh dan terjadi perpanjangan waktu. Pada siklus 2 siswa lebih meningkatkan kerjasama antar siswa, terlihat siswa lebih semangat berdiskusi untuk bertanya dan menjawab pertanyaan teman, serta semangat untuk maju ke depan. Sehingga kelas terdengar tenang dan pelajaran selesai sesuai waktu yang direncanakan.

  1. Wawancara

  Sebelum menerapkan metode STAD siswa merasa jenuh belajar fisika karena merasa harus menghafal banyak rumus, sehingga tidak maksimal dalam belajar. Setelah siklus 1 Sembilan dari 10 siswa merasa suasana belajar lebih menyenangkan, semua siswa menyatakan setuju/baik terhadap model pembelajaran yang digunakan, dan agar hasil belajar meningkat semua siswa menyatakan akan lebih giat belajar. Setelah pelaksanaan siklus 2 dari hasil wawancara 10 siswa dengan menggunakan pedoman wawancara, tiga anak merasa santai, dua anak kurang santai, dan lima anak merasa santai dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebagian besar siswa cenderung senang dengan kegiatan kerja kelompok karena lebih paham dan tidak malu bertanya teman. Hanya satu anak yang tidak merasa tergugah, Sembilan anak merasa tergugah semangat belajarnya. Sembilan anak menyatakan model pembelajaran yang diterapkan lebih enak hanya satu anak yang merasa terlalu serius.

  1.  Kesimpulan Hasil Penelitian

Dengan mencermati hasil pembahasan tiap siklus maupun antar siklus (Siklus 1 dan Siklus 2) dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan metode STAD (Student Teams Achievement Division) mampu meningkatkan kerjasama antar siswa, seperti terlihat semakin banyak anak bertanya dan menjelaskan teman serta semakin berebut untuk mengerjakan tugas ke depan, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dengan menerapkan metode STAD dalam pembelajaran dapat meningkatkan kerjasama antar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Kimia

 Berdasarkan hasil analisis, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu:

  1. Dengan tutor sebaya pada metode STAD dapat meningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Kimia pada materi pembelajaran Hidrokarbon.
  2.  Dengan metode STAD dapat meningkatkan kerja sama antar siswa dalam pembelajaran Kimia pada materi pembelajaran Hidrokarbonpada Kelas X TKRO  SMK Futuhiyyah Tahun pelajaran 2019/2020”, dapat diterima.

 


BAB V

PENUTUP

  1.  Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan bahwa dengan menerapkan metode STAD (Student Teams Achievement Division) dapatlah disimpulkan  hal-hal sebagai berikut:

  1.  Dapat meningkatkan hasil belajar, dilihat dari:
  2. Peningkatan Nilai Individu dengan ketuntasan belajar siswa dari 40,0% (sebelum tindakan) meningkat menjadi 76,0% (pada siklus 1) dan meningkat lagi menjadi 88,0% (pada siklus 2), ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
  3. Peningkatan Nilai Kelompok dengan menerapkan metode STAD yaitu tidak ada kriteria terbaik siklus 1, namun terlihat pada siklus ke 2 kriteria terbaik meningkat 40%. Kriteria baik pada siklus 1 dan siklus 2 masih sama sebesar 60,0%. Kriteria cukup baik di siklus 1 sebesar 40,0% namun pada siklus 2 berubah menjadi 0,0%, ini berarti kerja kelompok terjadi peningkatan.
  4. Dapat meningkatkan kerjasama antar siswa yaitu dari sebelum tindakan atau sebelum melaksanakan kerjasama kelompok sebelum menerapkan metode STAD, menjadi sedikit berani bertanya dan menjelaskan siswa lain biarpun belum optimal, karena masih terdengar gaduh diskusimya, sehingga terjadi perpanjangan waktu pembelajaran pada siklus 1, dan

semakin optimal kerjasama antar siswa dengan semakin banyak siswa yang bertanya dan menjawab teman, serta semakin berebut dalam mengerjakan soal ke depan, ini terjadi pada siklus 2.

  1.  Implikasi Dan Rekomendasi

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat direkomendasikan bahwa dengan menerapkan Metode STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Kimia pada siswa X TKRO 1 SMK Futuhiyyah Mranggen. Pengembangan lebih lanjut pendekatan ini sesuai untuk diterapkan pada standar kompetensi lainnya dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

  1.  Saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan penelitian ini, yaitu:

  1. Guru hendaknya melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan tingkat kesulitan kompetensi pelajarannya. Pemilihan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan kerjasama antar siswa, yang pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
  2. Bagi siswa, yang perlu diperhatikan bahwa belajar kelompok lebih baik dari pada belajar sendiri, karena dalam belajar kelompok dituntut kerja sama dan tanggung jawab untuk mencapai hasil yang maksimal.
  3. Bagi kepala sekolah hendaknya selalu memberi motivasi kepada para guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Dukungan berupa fasilitas dan kebutuhan yang diperlukan guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran tentu akan memperlancar proses. Sedangkan dukungan berupa peningkatan kemampuan dan mengembangkan profesinya sangat diperlukan dengan memberi kesempatan yang luas untuk mengikuti pelatihan (Diklat), baik di forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) maupun ditingkat yang lebih tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR  PUSTAKA

Asnawir, Basyiruddin Usman, 2010. Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press.

Arikunto, Suharsimi, 2003. Manajemen Penelitian, Jakarta: Bumi Akasara.

Baharudin, Esa Nur Wahyuni, 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Djamarah, Syaiful Bahri, 2002. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Depag RI, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi, Dirjen Lembaga Islam, Jakarta, 2004,hal 4

Hamalik, Oemar, 2005. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E., 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung.

Purwanto, Ngalim M, 2007. Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

 

Sukidin, dkk, 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Insan Cendekia.

Sudjana, Nana. 1998. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bina Aksara.

Sri Supiyati.1989. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Bimbingan guru Kimia dengan Prestasi Belajar Kimia siswa kelas II A.1 dan Kelas II.A.2 SMA Negeri 7 KOdya Yogyakarta Tahun 1994. Skripsi Yogyakarta: FMIPA IKIP Yogyakarta.

Usman, Moh Uzer, 2008. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenad 

Winkel, WS., 2007. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia.

 

 




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas