LIMA CRITA CEKAK BERTEMA PERJUANGAN
LIMA CRITA CEKAK BERTEMA PERJUANGAN
Oleh : Supriyanti, S.Pd
Guru Bahasa Jawa SMK Futuhiyyah Mranggen Demak
Crita cekak dapat dijadikan sarana pendidikan di sekolah maupun di masyarakat karena di dalamnya terdapat nilai-nilai moral dan etika. Nilai-nilai dalam crita cekak akan diserap oleh anak dan akan selalu diingatnya. Melalui crita cekak pembaca akan meniru tindakan tokoh yang disukai. Dengan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana struktur dan nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam lima crita cekak bertema perjuangan yang berjudul “Jerit Bubar Magrib”, “Baline Sang Pahlawan”, “Notes Dinane Prajurit”, “Tangis Kabungahan Tangis Kamardikan”, dan “Panunggang Jaran ing Awang-awang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur lima crita cekak bertema perjuangan yang berjudul “Jerit Bubar Magrib”, “Baline Sang Pahlawan”, “Notes Dinane Prajurit”, “Tangis Kabungahan Tangis Kamardikan”, dan “Panunggan Jaran ing Awang-awang” serta mengetahui nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam lima crita cekak tersebut.
Pendekata yang digunakan adalah pendekatan objektif dengan teori strukturalisme. Data diperoleh dari majalah Panjebar Semangat dalam buku Blangkon, Djaka Lodang dan Jaya Baya berdasarkan tema yaitu kepahlawanan, kurangnya rasa tanggung jawab, kejujuran dalam perjuangan, perjuangan menemui orang tua, kesiapan dan keberanian seorang tentara.
Melalui penelitian ini dapat diketahui struktur lima crita cekak bertema perjuangan tersebut yang meliputi alur cerita atau plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, dan tema. Selain dapat diketahui nilai-nilai yang terdapat dalam lima crita cekak tersebut. Alur yang digunakan dalam crita cekak tersebut ada dua, yaitu alur mundur atau regresif pada crita cekak “Panunggang Jaran ing Awang-awang” sedangkan alur campuran terdapat dalam crita cekak “Jerit Bubar Maghrib”, “Baline Sang Pahlawan”, “Notes Dinane Prajurit”, dan “Tangis Kabungahan Tangis Kamardikan”. Tema dari lima crita cekak tersebut adalah kepahlawanan, kurangnya rasa tanggung jawab, kejujuran dalam perjuangan, perjuangan menemui orang tua, kesiapan dan keberanian seorang tentara. Nilai-nilai yang terdapat dalam kelima crita cekak tersebut adalah nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai moral.
Crita cekak atau cerita pendek dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu karya prosa fiksi Jawa yang didalamnya terdapat banyak pesan dan amanat. Crita cekak banyak ditemukan di majalah-majalah dan dikumpulkan dalam bentuk buku. Majalah-majalah yang memuat crita cekak diantaranya Panjebar Semangat, Jaya Baya dan Djaka Lodang.
Crita cekak “Jerit Bubar Mahgrib” mengisahkan tentang seseorang yang mempunyai rasa berani, cinta tanah air, teguh pendirian, tanggung jawab pada tugasnya sebagai pejuang kemerdekaan dan rela mengorbankan keluarga demi memperoleh kemerdekaan. Crita cekak “Baline Sang Pahlawan” menceritakan tentang seseorang yang meninggalkan anak istrinya demi mengemban tugas sebagai seorang pahlawan demi mempertahankan tanah air. Cerita cekak “Notes Dinane Prajurit” menceritakan tentang keseharian atau kegiatan seorang prajurit yang tercatat dalam notes yang digunakan sebagai bukti dirinya tidak bersalah karena difitnah. Crita cekak “Tangis Kabungahan Tangis Kamardikan” menceritakan menceritakan tentang perjuangan seorang pemuda anggota militer untuk menemui ibunya dengan tidak mengabaikan tugasnya sebagai seorang tentara. Cerita cekak “Panunggang Jaran ing Awang-awang”, menceritakan tentang kesiapan, keberanian, tanggung jawab, dan sikap rela berkorban seorang prajurit demi mempertahankan tanah airnya.
Lima crita cekak tersebut mempunyai tema yang sama dan sesuai dengan pendidikan yang dapat dicontoh dan dipelajari. Diantaranya keberanian, pantang menyerah, tanggung jawab, rela berkorban demi memperoleh dan mempertahankan tanah air. Lima crita cekak tersebut menceritakan tentang realitas kehidupan masyarakat pada umumnya serta terdapat pesan atau amanat yang bermanfaat didalamnya. Pesan yang ada dalam crita cekak tersebut dapat mengubah sikap dan perilaku pembaca yang kurang baik menjadi baik dan yang sudah baik menjadi lebih baik dengan membaca cerita cekak tersebut. Hal ini didasarkan pada pesan yang disampaikan dalam cerita cekak.
Pembaca dapat mencontoh atau meniru sifat-sifat yang baik pada tokoh dalam crita cekak tersebut. Pembaca dapat mengendalikan emosi setelah membacanya, misal benci, cemas, khawatir, bangga, angkuh, sombong dan lain-lain. Dengan crita cekak yang bermacam-macam dan bervariasi ini pembaca lebih mudah menikmati, terutama dalam segi moral pada masing-masing tokoh dalam setiap crita cekak sehingga kedewasaan pembaca dapat terbentuk.
Crita cekak didalamnya mencerminkan kehidupan bermasyarakat. Kehidupan dalam bermasyarakat yang bermacam-macam menjadikan nilai-nilai yang ada didalamnyapun bermacam-macam, baik yang masih dipegang teguh maupun nilai-nilai yang telah luntur.
Pembaca dalam lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai biasanya tinggal di pedesaan dan akan lebih mudah dalam menyerap nilai-nilai tersebut. Tetapi pada zaman sekarang masyarakat di desa maupun di kota tidak berbeda jauh. Mereka telah kehilangan budaya dan rasa sopan santun yang telah dimiliki.
Nilai-nilai dalam kehidupan yang telah hilang dapat diterapkan kembali melalui berbagai macam cara. Salah satunya dengan membaca crita cekak. Karena didalamnya terdapat pedoman atau acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Demak, 2 Desember 2022.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
- PROGRAM EKSTRA KURIKULER SMK FUTUHIYYAH
- PEMBELAJARAN NATURALISME CERPEN KOMPAS
- DOWNLOAD BUKU PRAKTEK TOYOTA
- DOWNLOAD BUKU NEW STEP-2 TOYOTA
Kembali ke Atas